Anggota TNI Dikerahkan "Perangi" Perilaku Jorok

BELASAN personel Markas Komando Distrik Militer (Makodim) Sukabumi, Kamis (17/9), terpaksa dikerahkan menghadapi massa. Kali ini personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) dikerahkan bukan dalam rangka pengejaran para pelaku teroris. Begitupun pengerahan personel TNI bukan dalam rangka pengejaran para pemberontak separatis yang akan merongrong kewibawaan negara.
Namun, pengerahan personel TNI di delapan desa di Kec. Caringin, Kab. Sukabumi untuk menghalau warga yang akan berbuat jorok dan menjijikan. Mereka diperintahkan untuk menghalau warga agar tidak buang air besar (BAB) di sembarang tempat. Terutama di kolam-kolam ikan, kebun, dan sungai.
"Kami terpaksa mengerahkan petugas untuk menghalau mereka agar tidak berak sembarangan. Personel TNI berkeliling desa melakukan ronda malam menghalau warga agar tidak BAB di kolam, sungai, dan kebun," kata Komandan Distrik Militer (Dandim) Sukabumi, Letnan Kolonel (Letkol) Inf. Yusuf kepada "PR", Kamis (17/9).
Rasa kesal Dandim Sukabumi itu sangat terlihat. Walaupun Pemerintah Daerah (Pemda) dan Makodim Sukabumi bersusah payah menyediakan 165 tempat BAB (cubluk). Namun, hanya belasan tempat BAB yang dipergunakan warga. Sedangkan, sebagian besar lainnya masih terlihat bersih tidak tersentuh warga.
Padahal keberadaan tempat BAB tersebut merupakan hasil jerih payah personel TNI. Mereka dikerahkan di delapan desa untuk memutus rantai penyakit diare yang sempat mewabah di Kec. Caringin.
Bahkan, wabah tersebut tidak hanya memakan enam korban jiwa warga di sana. Namun juga, seratus lebih warga lainnya sempat dirawat di sejumlah rumah sakit di Kota dan Kab. Sukabumi
"Kami sama sekali tidak mengerti. Setelah personel TNI bersusah payah membuat cubluk bagi warga. Namun, hanya beberapa unit saja yang dimanfaatkan mereka. Padahal personel TNI dikerahkan siang dan malam untuk membuat cubluk itu," katanya.
Bahkan, rasa kesal tersebut terus bertambah hingga akhirnya muncul ide pengerahan anggota TNI tersebut. Hal ini dipicu surat larangan yang ditempel di beberapa tempat BAB milik warga malah disobek-sobek.
Warga terlihat tidak peduli terhadap bangunan cubluk di sana. Warga lebih senang "dolbon" (berak di kebun) atau "dolmur" (berak di sumur).
"Walaupun telah banyak warga yang dirawat dan meninggal, tetapi mereka sama sekali tidak peduli. Mereka lebih senang dengan lingkungan kotor dan berbau kotoran manusia," katanya.
Kebiasaan buruk itu sempat membingungkan dua orang anggota lembaga swadaya masyarakat (LSM) tergabung Islamic Relief Indonesia (IRI)
Friska Y. Simaremare sempat geleng-geleng kepala, ketika meninjau sejumlah cubluk yang masih bersih tidak disentuh warga untuk BAB.
"Warga masih senang BAB di kolam-kolam ikan dibandingkan di cubluk, yang beberapa hari dibangun pemerintah. Selain dianggap tidak praktis, juga keberadaan cubluk itu tidak disertai air pembersih," katanya.
Untuk mendukung program tersebut, kata Friska Y. Simaremare dari IRI seharusnya pemerintah harus mengikutsertakan program air bersih di Kec. Caringin . Sebab, hampir sebagian besar warga di sana mempergunakan saluran air, kolam ikan, dan air sungai untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Karena merasa bertanggung jawab mengubah perilaku jorok warga, Makodim menyiagakan personel dengan dukungan penuh petugas medis dari Detasemen Kesehatan Makorem Suryakancana Bogor. Para petugas tersebut mengawasi kesehatan warga di sana secara terus-menerus.
"Selain melakukan ronda malam menghalau warga agar BAB di tempat yang disediakan. Tim medis dari Makorem Suryakancana disiagakan termasuk obat-obat dan alat medis lainnya," katanya.
Untuk melayani kesehatan warga, Makodim telah menyediakan satu unit tenda peleton yang berada di halaman kantor Kec. Caringin, Kab. Sukabumi. Tenda yang berisikan belasan velbed diperuntukkan untuk mengantisipasi serangan wabah diare yang menyerang warga di sana.
"Bila sewaktu-waktu wabah diare kembali menyergap warga di daerah tersebut. Kami telah menyediakan posko pelayanan kesehatan terpadu. Tidak hanya tim medis yang disiapkan di sana untuk membantu warga. Namun, ratusan obat-obat telah disediakan," ujarnya. (Achmad Rayadie/"PR")
Penulis:

Komentar

Postingan Populer