Bulan Safar Menurut adat Sunda


Bulan Balae
Bulan Safar juga diyakini sebagai bulan balae (bala bencana). Keyakinan ini sudah terpatri dengan kuat dalam benak masyarakat Sunda. Di bulan ini turun 70.000 penyakit untuk satu tahun ke depan. Berbagai musibah dan bencana juga banyak muncul di bulan ini. Lihat saja berbagai bencana yang saat ini terus melanda beberapa daerah di Indonesia, menurut beberapa kalangan Sunda tradisional itu merupakan pertanda akan kebenaran mitos tersebut.
Mitos bulan bencana ini juga diperkuat dengan cerita tentang sejarah kehancuran masyarakat tempo dulu. Sejak zaman dahulu bencana senantiasa diturunkan di bulan Safar. Tuhan telah menghukum kaum yang tidak beriman seperti Kaum ‘Ad dan Tsamud pada bulan ini.
Namun puncak dari semua masa turunnya bencana terjadi pada hari Rebo wekasan  yaitu hari Rabu terakhir di bulan Safar. Oleh karenanya untuk melindungi diri dan keluarga dari berbagai balae tersebut masyarakat Sunda melakukan sedekah dan ritual tolak bala. Dengan bersedekah kepada fakir miskin mereka meyakini bala bencana akan menjauh dan mereka terbebas darinya.
Sedangkan ritual tolak bala dilangsungkan dengan cara memanjatkan doa dan mandi di pantai, sungai atau tempat-tempat keramat tertentu untuk membuang sial. Di Cirebon ritual mandi Safar ini dikenal dengan ngirab. Sekalipun ritual mandi ini sudah terkikis zaman dan semakin jarang dilakukan masyarakat tapi ritual memanjatkan doa penolak bala di malam Rebo wekasan masih tetap dijaga dan diamalkan.

Komentar

Postingan Populer